Rabu, 12 Desember 2012

Gunung : Sebuah Pengorbanan, Perjuangan dan Kenangan,..

,.................................................
Ijinkan kami menatapnya sekali lagi,...
biarkan jiwa ini melayang bersamanya,..
aku relakan pandanganku jauh ke alam lepas sore itu,..
menelusup dalam kubangan rasa penasaran di kalbu tiap pendaki mimpi,..
lalu aku berbalik ke setiap awan yang mendekatiku,..
rasa damai ini tetap saja menyelimuti ketakuanku
tiba-tiba air mata ini jatuh mengiringi sendu menjelang malam
tangan kami bergandengan meratapi batu-batu
mengibarkan bendera merah putih kebanggaan
melantunkan lagu-lagu
dan meresapi setiap rasa di dalamnya,..
...................................


Ranu Kumbolo















Ketika aku memutuskan untuk mendaki sebuah gunung, perasaan itu masih saja selalu ada di benakku. Aku selalu terngiang kembali saat-saat pertama kali aku memutuskan untuk mendaki gunung. Pemuda tanggung dan kurus yang sangat ingin merasakan hawa dingin gunung-gunung. Berbagai pertanyaan selalu menghiasai setiap pikiranku saat itu. 

Dapatkah aku bertahan di cuaca yang kemungkinan bisa menjadi eksrem setiap saat,..??
Dapatkah aku menggapai puncak tertingginya,..??
Bisakah aku bertahan hidup jika aku tersesat di hutan,..??
Apakah aku diijinkan oleh orang tua,..??
Apakah sia-sia aku menyisihkan waktu untuk mendaki gunung,..??
dan masih banyak yang lainnya,....

Berbagai pengalaman selama pendakian rupanya mengajarkan banyak hal yang aku tidak tahu sebelumnya. Cita-cita untuk mengabdikan diri di pedalaman-pedalaman Nusantara sebagai dokter rupanya sangat memotivasi diri ini untuk kembali dan kembali melakukan pendakian hingga akhirnya Gunung benar-benar mengajarkan banyak hal pada diriku. 

Dari mulai cerita yang menyedihkan...hingga yang menyenangkan, aku pernah mengalaminya. Gunung benar-benar melatih mental dalam menjalani kehidupan. Dan anehnya,...walaupun sudah berkali-kali mendaki gunung,..perasaan takut dan kegelisahan seperti yang aku rasakan waktu pertama kali mendaki gunung masih saja aku rasakan. 

Aku pernah berselisih dengan teman satu rombongan ketika memutuskan jalan mana yang harus kita ambil saat kami tersesat di Argopuro. Begitulah ketika emosi memainkan peranan penting dalam sebuah pendakian. Di Gunung, kamu akan jadi dirimu sendiri dan ketika egomu mengalahkan logikamu karena ketakukanmu yang sangat,...maka emosimu sudah jelas tidak akan terkendali. Dan sudah bisa ku pastikan,..kondisi ini sangat merusak suasana kelompok dan sangat membahayakan...aku pernah merasakannya teman,...

Aku pernah beberapa kali tersesat saat melakukan pendakian,...aku pernah terjebak badai di musim hujan,..aku pernah sangat menggigil kedinginan ketika terjebak badai di Arjuno. Aku pernah merasakan bagaimana frostnip menyerang kedua tanganku dengan rasa sakit yang luar biasa saat terjebak badai di punggungan Mahameru,...Aku pernah cedera saat memaksakan turun dari Arjuno sehingga selama turun harus dipapah salah seorang teman,..di sini aku merasakan betapa di Gunung persahabatan itu sungguh begitu terasa. Dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan saat mendaki gunung, tapi semua itu telah memberikan pelajaran berharga pada ku,...

Ada pengalaman buruk tentu ada pengalaman baik yang tidak akan terlupakan. Aku masih ingat ketika bibirku tersenyum lebar ketika perjalanan kami yang penuh perjuangan di Argopuro saat musim hujan tahun 2009 sampai pada sebuah danau alam yang sangat sangat indah. Taman Hidup,....dengan dermaganya yang entah saat ini masih ada atau tidak, Taman Hidup dengan cerita mistis yang menyertainya tetap membuatku tersenyum lebar saat itu,...sangat indah teman,...

Taman Hidup

Aku masih ingat ketika badai hampir meruntuhkan niatku untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak ogal-agil di Gunung Arjuno tahun 2010, sampai aku melihat matahari muncul di balik puncaknya yang indah keesokan harinya, sehingga aku memutuskan untuk menggapai puncaknya saat itu. Dan puncak inilah yang berhasil membuatku menangis mengingat perjuangan sehari sebelumnya bertahan dari badai. Kami bergandengan tangan menuju puncak tertingginya, kemudian melingkar,..dan menyanyikan salah satu lagu kesukaan kami,.."syukur",...aku masih ingat bagaimana rasanya mengangkat bendera merah putih di puncak Arjuno saat itu,...aku tidak tahu tapi aku terharu teman,...

Puncak Ajuno
Dan yang paling mengesankan adalah ketika tahun ini pada bulan Juli, akhirnya aku berhasil menepati janjiku pada Mahameru, puncak tertinggi Pulau Jawa, setelah mendaki punggungan Mahameru dari Arcopodo selama 7,5 jam. Di sini kami merasakan betul arti sebuah perjuangan dan arti sebuah pengorbanan, kami harus saling memotivasi satu sama lain,...kami menunggu teman,...kami berikrar untuk menggapai puncak bersama,...sampai akhirnya ikrar itu harus kami korbankan karena kami terpaksa meninggalkan salah satu teman untuk segera menggapai Mahameru saat itu,...Sedih tapi kami dedikasikan puncak tertinggi ini untuk sahabat gunung kami yang gagal waktu itu,...

Mahameru

Aku bercerita tentang kenanganku pada setiap lembaran kertas putih sejarah masa lalu. Menulisnya tiap kata dan menyusunnya menjadi sebuah rangkaian prosa. Sebuah prosa kehidupan yang dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Begitu indah. Sedangkan masa lalu selalu menjadi batu pijakan untuk masa depan. Setiap keringat dan perjuangan tidak pernah tidak bermakna. Tuhan telah melukiskannya dengan indah pada suratan takdir tiap Hamba-Nya. 





--Bie--

Rabu, 05 September 2012

Bromo : sebuah kenangan tentang teman, sahabat dan eksotisme,..


Kawah Gunung Bromo

,....tiba-tiba aku terhanyut dalam lamunan masa lalu. Masa lalu yang membuatku selalu ingin untuk tersenyum,  bersedih, namun sesekali membuatku terharu dan merasa konyol. Aku yang sedari tadi memandang cita-cita dari balik jeruji rindu yang biru kala itu, mencoba menelisik angan masa lampau di pasir bebatuan Gunung Bromo. 

.....mengingat debu-debunya sore itu sambil merencanakan situasi yang jahat namun lucu,...sambil membawa edelweiss yang warna-warni juga ungu. lalu meratapi kawah berasap, asap rindu. Tiba-tiba saja aku terkenang kala itu kawan,...

,....bersama sahabat-sahabat terbaik, yang entah kenapa aku merasa akan sangat merindukannya kelak. 

Suatu saat dimana waktu akan mempertemukan kita kembali, maka aku ingin mengetahui dimana dan kenapa kau selama ini. Dirimu seakan menghilang bersama debu, dan tak menghiraukan daun-daun kering yang berbisik menertawaimu. Apakah kau telah benar-benar hilang ditelan waktu ??...ataukah dirimu sengaja mengubur jiwamu dalam kenangan masa lalu kami ???

Aku telah berusaha mengembalikan ingatanku tentang masa lalu. Lalu kemudian aku berpikir tentang masa-masa sulit saat itu. Aku kemudian mencoba membelahnya menjadi puing-puing rasa kesal. Sehingga suatu saat aku berpikir bahwa lembaran-lembaran sajak tak akan cukup mewakili perasaan ini. Memang jalan kehidupan ini tak seindah cerita dalam roman ataupaun novel-novel cinta. Terkadang alur pikir kita terlalu tersesat dalam labirin kebingungan. Membuatnya menjadi aneh dan sulit untuk dipahami. 

Inilah pertanyaanku saat membuka kembali kenangan-kenangan masa laluku,....mengenang salah satu teman seperjuangan kami, yang entah dimana saat ini kau berada,...

..............................
................................

Sandy Kurnia p a.k.a Acong
















Sesaat sebelum senja menghampiri masa lalu 
sebetulnya bebatuan telah merasa malu pada jiwa muda ini..
aku selalu membantah pada angin yang bertiup
melawan semua arahnya membuatku merasa sejuk
tetapi memaksaku untuk menghirup aroma debu-debu kesombongan
lalu aku sendiri merasa bingung 
sembari memandang jauh lautan pasir yang luas
aku sejenak menengadah mengharap semua ini hanya sesaat
melewati jurang-jurang keterbatasan manusia
mensyukuri alam ini, 
sambil menyuguhkan pemandangan rindu  yang rendah hati
dan menertawai burung-burung yang terbang rendah


Aku sempat terdiam ketika aku kembali ke dalam lamunan, sambil membayangkan kembali saat-saat aku bersama kedua temanku menginjak kawasan Bromo saat itu. Aku ingat kami akhirnya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan saat itu dengan mengunjungi salah satu objek wisata yang sudah cukup terkenal di Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo.

Jiwa kami seperti tertantang oleh arus petualangan yang tiba-tiba mengalir liar dalam pikiran kami. Aku pun mendadak antusias dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan alam. Sepertinya aku menemukan yang selama ini aku cari. Aku memang sedang mencari sesuatu yang dapat membangkitkan lagi semangat hidupku jika aku sedang jenuh, dan aku menemukan sejuknya hawa gunung saat itu. Hingga selanjutnya aku menjadi sangat mencintai gunung-gunung.

Bromo adalah petualangan kesekianku setelah kami melewati liburan dengan mendaki Argopuro dan menikmati indahnya Pulau Sempu sebelumnya. Bromo juga tak kalah eksotis dan sejujurnya aku memang sangat ingin ke sana saat itu. Aku ingin mulai mengenal budaya negeri ini, dan waktu memang menjodohkanku dengan masyarakat Tengger saat itu. Sayang kami tidak mendapati "Upacara Kasodo" waktu kami ke sana.

Bersama dua orang sahabat, kami sepakat menuju Bromo dari Probolinggo. Sebelumnya kami menginap di Kecamatan Leces, rumah salah satu teman kami yang juga ikut dalam rombongan kecil kali ini. Namanya Angga dan dia memang asli Probolinggo. Dia bertugas sebagai Tour Guide kami waktu itu. Satu lagi teman kami yang ikut adalah Acong alias Sandy, teman satu kelompok-ku yang sehari-sehari selalu bersamaku.  Kami hampir selalu bersama mulai dari mengerjakan hal baik hingga  hal-hal buruk sebagai Mahasiswa.



Angga, Aku sendiri dan Acong
dengan latar belakang Gunung Bathok,
Komplek Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Khusus untuk sahabatku Acong,..........

Setelah sekian lama kita bersama hingga stase terakhir kita sebagai Ko-Ass di RSU Dr. Soetomo, di bagian THT-KL, kau seperti menghilang di telan bumi. Dirimu seakan menenggelamkan diri dalam lembaran manis cerita teman-teman seperjuangan. Susah dan senang telah kita lewati bersama selama 6 tahun. Kenakalan dan kelucuan selama menjadi mahasiswa kedokteran dan Ko-Ass telah kita rasakan bersama. Lalu kini kau seperti mengubur dalam-dalam impianmu,...Kau seperti enggan bertemu teman-teman seperjuanganmu, kau bahkan tidak nampak lagi setelah itu,...

Aku tidak tahu apa masalahmu,...tapi kami semua di sini merindukanmu,...menginginkan kembali bertemu denganmu,....

Inilah perasaan singkat yang terlintas ketika aku membuka kembali album kenanganku saat masih mahasiswa sore itu. Aku ingat bahwa aku memiliki satu orang teman yang saat ini entah dimana. Aku sendiri tak tahu apakah dia masih berniat untuk menjadi dokter atau tidak. Aku juga tak tahu apakah dia sudah menikah dengan wanita pujaannya yang dulu atau belum..--hehehe--

Pada akhirnya album kenangan kami selama di Bromo dulu telah mengingatkanku akan sesuatu, bahwa kami pernah memiliki teman bernama Sandy Kurnia Permana alias Acong. 

,....dimanapun kamu berada, kamu akan tetap menjadi teman kami,...sampai kapanpun itu....

Aku tidak akan melupakan semuanya,..
Saat-saat dimana kita mendaki Argopuro bersama,...
Kejadian-kejadian lucu saat kita tersesat bersama di Pulau Sempu,...
dan saat dinginnya pasir bromo merayap di jari jemari kusut kita pagi itu...

Dokumentasi yang lain :

Acong

Angga

Padang pasir Bromo

Pasir Gunung Bromo

Penduduk


Gunung Bathok dari sisi yang lain

Rumah Penduduk

Sunset

Rumput Liar


Suku Tengger


Jasa Penunggang Kuda


Aku berduka atas munculnya kabut pada pagi yang indah itu
Udara dingin telah menegur kami sejak dini hari
pasirnya telah mengajarkan kami akan kesabaran
lampu-lampu kecil berjejeran bagai ular
rombongan manusia mulai meninggalkan lelapnya
menuju punggungan mimpi dan cita-cita
demi melihat si ufuk muncul dari balik puncak penanjakan
menerangi bumi dan seisinya,...



--Bie--



Rabu, 11 Juli 2012

"Mahameru" (3.676 m dpl)

Mahameru (3.676 m dpl)
















Hatiku mulai risau ditampar kerinduan yang dalam
jiwa ini pun mulai kehilangan keberanian seperti kala itu,...
aku berusaha menatap kembali semangatku yang menggebu,..
meraih cintaku pada asa di gunung-gunung mimpi
menghirup udara sejuk tanpa debu,..
aku merindukan derasnya aliran darahku ketika menggapai kabut dini hari
lalu menjejakkan kaki-kaki ini ke dalam jurang cinta yang dalam,..
menerobos hawa dingin
membasuh wajah ini dalam suka duka pendakian,..
kebersamaan dengan angin yang bertiup kencang,.
dan rumput basah malam hari,...

(Bie, 26 April 2012)


Kami ingin menikmati akhir tahun ini bersama kabut tipis
yang turun menelusuri lembah kasih "Ranu Kumbolo",...
Menapaki "Tanjakan Cinta",...
dan merebahkan sejenak rasa lelah ini di hamparan luas "Oro-Oro Ombo",..
merenungi bekas aliran lahar di "Kalimati"
menyampaikan salam keagungan pada jurang-jurang di sekitar "Arcopodo"
hingga akhirnya kami berharap dapat menyapa surya di balik "Mahameru"
yang selalu bergemuruh,...

(Bie, 22 Desember 2011)


Ketika senja mulai menyongsong asa di sore itu, perasaanku berkecimuk begitu lelah oleh derasnya pikiran-pikiran yang buruk. Hari itu begitu melusutkan lipatan bajuku. Membuat bajuku tampak kusut dan kotor. Membuat keringat ini berceceran dan tercetak indah dalam lukisan motif batik jogja yang aku kenakan sore itu.

Rutinitas di kota membuatku gerah dan ingin segera menyapa hawa dingin hutan-hutan. Aku membaca kembali janji-janjiku pada lembaran balik isi pikiranku masa lalu. Aku ingat aku telah berjanji pada diriku sendiri saat itu. Sepertinya saat ini adalah saat yang tepat untuk mengunjungi lagi Semeru dan Jonggring Saloka. 

Aku pikir tidak ada salahnya sekali-kali menjadi orang tertinggi di Jawa. Sehingga aku memutuskan untuk kembali melakukan pendakian ke Gunung Semeru (3.676 m dpl) pada tanggal 4-8 Juli 2012 kemarin. Untuk memenuhi janjiku pada Mahameru, dan Jonggring Saloka, bersama tiga rekan gunungku, Anang NP, Ahmad Kholis Abror dan Anggita S Priantary.



Cerita ini berupa tulisan-tulisan tak bersajak,
terpikir saat kaki-kaki ini menapaki jalan setapak di Semeru
lirik-lirik tak beraturan
dengan rima yang tak berbatas
dan makna yang hambar




Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Semeru (3.676 m dpl) pada tanggal 4-8 Juli 2012 :


Gunung Semeru yang dinamakan dari kata Sumeru, pusat jagat raya pada kosmologi Hindu merupakan gunung berapi tertinggi (yang masih aktif) di Pulau Jawa dan gunung berapi ketiga tertinggi di Indonesia setelah Gunung Kerinci (3.805 m dpl) di Jambi dan Gunung Rinjani (3.726 m dpl) di Lombok.

Bagi pecinta alam atau para penggiat alam bebas, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung yang "wajib" dikunjungi. Selain merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dalam perjalanan menuju puncak Mahameru, para pendaki tidak akan henti-hentinya disuguhi panorama alam yang sangat indah mulai dari areal persawahan, perbukitan, padang savana, ladang edelweiss, hutan cemara hingga areal berbatu dan berpasir dalam perjalanannya menuju puncak Mahameru.


Dokumentasi pribadi :


Saat menunggu rombongan lain di Pasar Tumpang

Jeep yang akan membawa kami ke Ranu Pane

Dari Pasar Tumpang kita akan melanjutkan perjalanan ke Desa Ranu Pane. Desa terakhir sebelum pendakian ke Mahameru. Sebelumnya kita harus mengurus perijinan terlebih dahulu di sebuah kantor perijinan dengan menyertakan surat kesehatan dan fotokopi KTP.

Pos Perijinan
Panorama selama perjalanan menuju Ranu Pane :

Gunung Bathok dari arah belakang

Gunung Bathok dari Gubug Klakah
Lembah sekitar Bromo
Indahnya Taman nasional Bromo Tengger Semeru

Ranu Pane merupakan desa terakhir di kaki Gunung Semeru yang terletak di Ketinggian 2.100 m dpl, tempat persinggahan para pendaki yang akan mendaki Gunung Semeru. Sebelum pendakian kita akan melapor dulu ke Pos Pendakian ranupane dengan menyerahkan berkas yang kita dapat dari kantor perijinan tadi. 

Sebelum berangkat biasanya kami menyempatkan diri untuk sholat serta tidak lupa menyantap makanan favorit kami, yaitu "kare ayam Ranu Pane". Setelah menyantap makanan, kami bersiap berangkat untuk menuju camp  pertama kami, Ranu Kumbolo.


Ranu Pane
(Ranu artinya danau)

Rombongan  kami, sebelum berangkat dan setelah makan kare.
dari ki-ka : Anggi, Kholis, aku sendiri, Anang

Areal Persawahan di Ranu Pane

Ranu Kumbolo memiliki luas 14 ha dan berada pada ketinggian 2.390 m dpl. Ranu Kumbolo terbentuk dari massive kawah Gunung Jambangan yang telah memadat, sehingga air yang tertampung tidak mengalir ke bawah seturut gravitasi. (Wikipedia). 

Ranu Kumbolo merupakan danau terbesar di antara danau-danau lain yang ada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yaitu Ranu Pane (1 ha), Ranu Regulo (0,75 ha) dan Ranu Darungan (0,5 ha). 

Pada musim kemarau seperti ini, suhu di Ranu Kumbolo bisa mencapai 2-4 derajat celcius. Udara yang dingin di sini tidak hanya disebabkan oleh udara diam, tetapi juga karena kencangnya angin yang berhembus ke lembah sehingga menjadikan udara lebih dingin. 

Apapun itu, Ranu Kumbolo merupakan salah satu spot terindah dalam sejarah pendakianku.

Dokumentasi : 

Ranu Kumbolo



Saya kutip puisi ini...

Pernah aku dan kau...
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
hampir kaki-kaki kita patah
dan nafas kita putus-putus
tudjuan esa, tudjuan satu :
pengabdian dan pengabdian kepada
...Jang Maha Kuasa....

Petikan Puisi dari Idhan Lubis yang berjudul "Djika Berpisah", ditulis di Polonia, 8 Desember 1969. Puisi ini ditemukan di laci kamarnya bebarapa hari setelah kematiannya di Mahameru.


Sunrise di Ranu Kumbolo

Dokumentasi Yang lain :

Kristal es di tenda kami

Berfoto sebelum melanjutkan perjalanan menuju kalimati

Dari Ranu Kumbolo, kami melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Sebelumnya kita harus melewati sebuah tanjakan yang dikenal dengan nama "Tanjakan Cinta". Di sini dipercayai sebuah mitos, seperti yang sudah diceritakan pada postingan sebelumnya.

Rombongan pendaki di tanjakan cinta


Ranu Kumbolo dari ujung Tanjakan Cinta


Sejenak angin mulai menyapaku yang larut dalam lamunan angan
aku yang lelah berjalan sedari tadi
telah menemukan keindahan sejati dibalik misteri gunung-gunung abadi
perasaan ini bagai larut dalam sepinya danau cinta para dewa,..
memandang jauh di balik belahan lembah kasih "Ranu Kumbolo"
sambil memandang wajahnya
dalam hati aku berkata "kata-kata" cinta,..
aku mencintainya,..

(Bie, 29 Desember 2011)

Setelah melewati tanjakan cinta, menapaki bukit, maka kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa berupa padang rumput yang terbentang luas. Padang rumput yang luas ini disebut "Oro-Oro Ombo". Oro-Oro Ombo merupakan padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon-pohon pinus yang dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan sangat indah.


Menelusuri punggungan di perbukitan komplek Oro-Oro Ombo


Oro-Oro Ombo saat musim kemarau

Lavender

Now i see the secret of the making of the best persons,
It is to grow in the open air and to eat and sleep with 
the earth.

(Song of The Open Road, Walt Whitman)

Kutipan puisi ini menjadi prolog tulisan Soe Hok Gie mengenai salah satu kegiatan yang paling digemarinya : naik gunung, kegiatan yang selalu mengembalikan semangat hidupnya, dan pada akhirnya mengembalikannya pada pencipta-Nya.

Dua larik diatas, menyatakan bahwa untuk menjadi orang terbaik seseorang harus dekat dengan alam.

Setelah Cemoro Kandang, perjalanan berlanjut ke padang rumput Jambangan. Di sini terdapat jenis-jenis flora seperti cemara dan bunga edelweiss. Dari tempat ini, dapat dilihat dengan jelas Puncak Mahameru yang menjulang tinggi dengan kepulan asap yang menjulang ke angkasa serta alur lahar pada seluruh tebing puncak.


Anang : dengan backgraound Mahameru dari Pos Jambangan

Setelah melewati Jambangan, maka kita akan menemukan sebuah daerah yang cukup luas dan ditumbuhi pohon-pohon edelweiss. Daerah ini biasa disebut pos Kalimati. Kalimati merupakan tempat untuk mempersiapkan diri sebelum mendaki kerucut Gunung Semeru. 

Selain ditumbuhi rerumputan dan edelweiss, Kalimati juga dikelilingi kelompok hutan alam dan bukti-bukit rendah. Di dekat kawasan ini terdapat sumber air yang berjarak kurang lebih 1 km ke arah barat menyusuri kali yang sudah kering, biasa kita sebut "Sumber Manik". Konon katanya sumber air disini digunakan oleh umat Hindu untuk mengambil tirta (air suci) pada pendakian gunung Semeru.

Pos Kalimati

Bersama rombongan lain dari Surabaya

Hembusan angin ini yang membuatku tersenyum sedari tadi
membuatku selalu menengadah sayangku
menatap indahnya sekumpulan awan di atas
Dedaunan mulai berbisik malu-malu
Edelweis seakan mengajakku bercengkarama
pasir dan debunya yang membuat suasana menjadi harum
Mahameru memang selalu ku rindu,..

(Bie, 13 Juli 2012)

Untuk menuju puncak, perjalanan berikutnya dari Kalimati di lanjutkan dengan menanjak. Pos berikutnya adalah Arcopodo. Biasanya para pendaki akan memulai mendaki Mahameru pada dini hari, kami sendiri berangkat sejak pukul 23.30 malam. 

Arcopodo berada di lereng puncak Gunung Semeru dengan jalanan yang terus menaik dan berliku. Kondisi tanahnya berdebu dan banyak ditumbuhi pohon-pohon cemara. Di sinilah batas vegetasi terakhir sebelum merangkak di punggungan Mahameru.


Matahari mulai muncul

Sunrise : 100 m sebelum puncak Mahameru


Negeri di atas awan

Taruh puncak itu di depan kita, dan jangan lepaskan!
Yang kita perlukan adalah kaki yang berjalan lebih jauh,
dan tangan yang berbuat lebih banyak
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja
Hati yang akan bekerja lebih keras
Serta mulut yang akan selalu berdoa.
.....................................................

(Dikutip dari Novel "5 cm")

Akhirnya janji itu terpenuhi,............

In Meoriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis

Yang mencintai udara jernih
Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan
Yang mencintai bumi

Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung
Mereka tengadah dan berkata, ke sanalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis pergi
Kembali ke pangkuan bintang-bintang

Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi
Sementara sapu tangan menahan tangis
Sementara Desember menabur gerimis

--24 Desember 1969--
Sanento Yuliman


Kawah Jonggring Saloka

Puncak Mahameru, bersama sahabat-sahabat gunungku
Anang, Aku sendiri, Kholis
Anggi gagal mencapai puncak, tetapi puncak ini kami dedikasikan untuk teman kami tersebut, Anggita S Priantary


Mahameru, 7/7/2012

Camerado, i give you my hand!
i give you my love more precious than money,
i give you myself before preaching or law ;
will give me your self, will you travel with me?
Shall we stick by each other as long as we live?

(Walt Whitmann, dikutip dari buku "Soe Hok Gie-Sekali Lagi")

Demikianlah cerita singkat perjalanan kami pada pendakian Gunung Semeru tanggal 4-8 Juli 2012 kemarin.

Apa yang membuat kami merasa perlu untuk menapakkan kaki kami di puncak gunung-gunung?. 
Apa yang membuat kami merasa perlu untuk mengenal masyarakat bangsa ini jauh lebih dekat?
Apa yang membuat kami berusaha menyisihkan waktu untuk paling tidak merasakan hawa dingin gunung-gunung?
Apa yang dapat membuat kami mencintai tanah air kami lebih dalam?
Apa yang membuat kami mau mendekati dan menelusuri hutan-hutan?
dan sejuta pertanyaan lain yang mungkin pernah ada selama ini,..

Semua ini tentang "soul" yang sangat sulit dijelaskan,...
kesinilah kawan, 
mari mendaki gunung,..
lalu rasakan sendiri bagaimana gunung akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi,...


Salam sebelum turun ke Ranu Kumbolo setelah perjalanan ke puncak yang melelahkan.
Nampak Mahameru tetap gagah di belakang kami.

Dan di atas sana
di tengah-tengan angin yang menderu-deru
di antara jurang yang berujung kelam,
omong kosong kalau kau tidak berbicara tentang Tuhan
kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu
di tengah hamparan alam semesta.
.................



--Bie--