Kamis, 26 April 2012

Sajak Kerinduan


,................................
Hatiku mulai risau ditampar kerinduan yang dalam
jiwa ini pun mulai kehilangan keberanian seperti kala itu,...
aku berusaha menatap kembali semangatku yang menggebu,..
meraih cintaku pada asa di gunung-gunung mimpi
menghirup udara sejuk tanpa debu,..
aku merindukan derasnya aliran darahku ketika menggapai kabut dini hari
lalu menjejakkan kaki-kaki ini ke dalam jurang cinta yang dalam,..
menerobos hawa dingin
membasuh wajah ini dalam suka duka pendakian,..
kebersamaan dengan angin yang bertiup kencang,.
dan rumput basah malam hari,...


---bie---

Selasa, 03 April 2012

Palang Merah Indonesia

Ketika segala sesuatu berubah mejadi gelap seperti kabut yang turun perlahan demi perlahan di lembah kasih yang berduka, tidak ada lagi tawa dan canda yang bergermuruh, apalagi senyum anak-anak Desa yang meringis karena melihat pelangi. Lalu apa yang manusia harapkan dibalik jubah kesombongannya yang angkuh serta tangannya yang mengkilat karena jarang tersentuh debu. Ketika matahari masih menyapa seluruh alam, sementara awan mendung menghinggapi daerah-daerah bencana, apakah manusia sadar bahwa Kekuasaan tertinggi itu masih ada pada-Nya.

Lirik-lirk lagu seakan dapat menggantikan suasana haru, padahal yang terjadi adalah bumi ini murka karena alamnya dirusak oleh manusia-manusia tak beraturan dengan mengatasnamakan kebebasan. Puisi tak ubahnya hanya sebuah karangan simpati, namun tetap tak dapat mewakili kaki-kaki kusut para pejuang kehidupan di desa-desa terpencil. 

Angin terasa sangat dingin pada sore hari. Beruntunglah para manusia yang berselimut kejujuran dan kerendahan hati. Masihkah kita dapat  melihat senyum saudara sebumi??, Sementara rumah-rumah mereka hancur diterpa badai kebohongan. Tanaman padi-pun seakan enggan menguning, dan ikan-ikan di laut seraya lari meninggalkan nelayan. Para ikan berlindung dibalik ombak yang bergulung-gulung ditemani hujan. Sungguh sangat Menyedihkan.

Aku sedih melihat bangsa ini. Aku sedih melihat saudara-saudaraku di desa. Aku bayangkan satu hal yang pahit di kala mendung. Aku berangan akulah yang berada di posisi mereka, menahan hawa dingin dan rasa lapar sambil menanti pencari nafkah yang tidak kunjung datang.

Aku sedih melihat bencana demi bencana juga terus melanda. Apakah ini hukuman bagi manusia-manusia tidak bersyukur seperti kami?. Aku sadar bahwa inilah cobaan bagi bangsa yang besar ini. Dan aku yakin inilah yang diinginkan Tuhan, supaya para penguasa itu menelan ludah, merasa bergetar dan takut karena merekalah yang menyia-nyiakan bangsanya sendiri.

Sejenak aku berpikir tentang apa saja yang ada disekitarku. Aku berkutat dengan orang-orang yang menderita karena harus berbaring di ranjang pesakitan. Mereka harus bersabar dengan cobaan penyakit yang diderita. Setiap hari aku melihat bangsal-bangsal penuh dengan wajah-wajah murung nan rindu. mereka sangat merindukan suasana desa yang sejuk dan bau pasir tanah yang baru saja tersiram gerimis.

Aku hanya ingin merawat mereka dengan sepenuh hati, juga membuat mereka tersenyum.

Aku sendiri telah menjalani hari-hari yang keras selama ini. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga kuliah, aku harus berjuang dan selalu berjuang demi cita-cita. Seorang laki-laki tertua dari keluarga tanpa ayah sejak kecil yang tinggal dengan ummi terhebat dan satu adik laki-laki yang nakal. Maka, secara sederhana sebenarnya aku adalah harapan keluarga. Kehidupan yang keras ini pula-lah yang mengantarkanku bercita-cita menjadi dokter. Keterbatasan inilah yang membentuk idealisme pribadiku, bahwa kepentingan kemanusiaan merupakan prioritas dalam menjalani profesi ini.


Aku menegaskan pada diriku sendiri, bahwa kegiatan kemanusiaan yang saya jalani di luar Rumah Sakit tempat saya bekerja sama sekali tidak terpengaruh oleh Suku, Agama dan Ras apapun. Saya berusaha menolong setiap orang yang membutuhkan pertolongan saya tanpa terkecuali. 
 
Sebagai mahasiswa, dulu sebenaranya aku termasuk yang tidak terlalu suka dengan birokrasi. Organisasi-organisasi kampus yang kegiatannya hanya rapat, rapat dan rapat tanpa turun ke lapangan membuatku malas untuk bergabung di dalamnya. Sebenarnya kondisi pulalah yang membuat rasanya hidup ini lebih berguna untuk aku gunakan bekerja sambil kuliah daripada menghabiskan waktu untuk berorganisasi (Mahasiswa miskin). Dan siapa bilang, orang yang tidak berorganisasi tidak dapat bersosialisasi. Bekerja sebagai guru membuatku mengenal banyak orang. Aku mendapatkan penghasilan sekaligus dapat bertahan hidup di Surabaya.


Yaaa...Mahasiswa yang hidup dari beasiswa dan pekerjaannya sebagai guru les privat dan sempat menjadi penjaga warnet, itulah aku.


Tapi mungkin aku sendiri tidak menyadari bahwa kehidupan inilah yang membentuk karakterku sebagai dokter. Terbiasa menghadapi situasi yang sulit membuatku bisa sedikit bersabar dalam menghadapai suatu masalah.

Selain mahasiswa dan bekerja, aku adalah penggiat alam bebas. Aku menemukan bahwa inilah aku. Aku dan gunung-gunung. Aku sangat menyukai gunung-gunung sejak pendakian pertama-ku ke Gunung Argopuro di Probolinggo. Aku seperti menemukan jiwaku. Aku seperti menemukan bahwa inilah yang dapat melatih kesabaranku, inilah yang dapat membuatku bertahan. Filosofinya yang khas dan kepuasan tiada tara ketika kita berhasil menggapai puncak tertingginya. Kebersaman dan toleransi yang tidak ternilai dengan sesama manusia. Serta yang paling penting, kita diajarkan bagaimana bertahan hidup di tempat yang semuanya serba terbatas. Di Gunung orang akan menjadi manusia paling bersyukur karena dapat menikmati secara langsung keindahan dan kebesaran ciptaan-Nya.

Pengalaman inilah yang membuatku mantab dengan keputusanku untuk berpartisipasi dalam organisasi kemanusiaan. Aku ingin menyisihkan hidupku untuk berbagi. Aku ingin ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial. paling tidak aku bisa membuat mereka tersenyum. Aku tidak punya uang tetapi paling tidak aku punya semangat kemanusiaan. Aku siap dikirim ke mana saja yang sedang tertimpa konflik atau bencana. Aku telah mendedikasikan diriku untuk kegiatan kemanusiaan.

Tetapi ada satu hal yang lebih penting yang ingin aku tegaskan. Aku tegaskan sekali lagi bahwa kegiatan kemanusiaanku tidak terkotak-kotak dalam satu organisasi dalam bentuk apapun. Aku seorang muslim, tapi kegiatan kemanusiaanku tidak pernah dipengaruhi oleh latar belakang Suku, Agama dan Ras apapun. Aku tidak fanantik pada satu organisasi.

Aku tegaskan bahwa meskipun aku terdaftar di satu atau lebih Organisasi Kemanusiaan, itu tidak lebih hanya sebagai jalan untuk menyalurkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang aku pegang. Dan agar orang tahu bahwa aku tidak hanya berjuang atas nama Organisasi tertentu tetapi murni berasal dari ideologi pribadi, maka aku memutuskan untuk kemudian bergabung dengan Palang Merah Indonesia.

Di sini pulalah aku bertemu dengan ratusan bahkan mungkin ribuan orang yang mengerti betul apa artinya berbagi. Di sini pulalah aku paham bahwa uang bukan segalanya. Banyak relawan-relawan PMI yang mengorbankan waktu, tenaga, uang dan bahkan keluarganya hanya untuk tugas Kemanusiaan. Di sini pulalah aku sadar betul bahwa setiap orang bisa menjadi relawan kemanusiaan. Kita hanya butuh menyisihkan waktu untuk belajar, dan yang terpenting menyisihkan ego untuk mau berbagi pada yang lain. Kita hanya dituntut mau kawan. Mau berbagi. Mau bekerja dan terjun ke lapangan.



Beberapa kejadian yang sempat terdokumentasi :



Kebakaran di daerah karang anyar

Aku dengan dr. Diaz saat kebakaran.

Suasana tegang.

Team yang solid.

Dokter yang bertugas saat acara khitanan massal PMI di Bulak Banteng

dr. Aam, dr. Dodo, dr. Rani, dr. Arifta, dr. Zul, dr. Andri

Bersama perawat-perawat berdedikasi tinggi.

Demikian testimoni saya untuk PMI, Terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah berbagi ilmu, telah berbagi segalanya, telah menjadi teman dan team yang solid di setiap penugasan.


Saya Andri Subiantoro, dr. Anggota relawan TSR PMI cabang kota Surabaya.






--bie--



,..Dokter Internship,...

Aku sejenak berdiri mengelilingi sebuah batu-batu kecil,...
lalu berbalik memandang awan yang biru
menghadap ke atas
kepada burung-burung pembawa mimpi,..
Kemudian aku berterima kasih pada bintang yang memelukku erat,..
membawaku jauh ke dalam lubuk angan yang dalam,.
ke masa lalu dan mengingatkanku akan air mata,..
membolak-balikkan nada pikiranku tak beraturan
membuatku tersenyum pada cita-cita,..
Aku menyadari aku-lah masa lalu itu,..
dan aku pulalah masa depan ini,..
.................................................

                  Team lengkap Dokter Internship Kab. Ngawi


Akhirnya setelah berjuang selama 5 tahun untuk menyelesaikan pendidikan sebagai dokter umum, kami berhak mendapatkan gelar dokter di belakang nama kami. Aku sendiri akhirnya berhak menggunakan name tag yang bertuliskan "Andri Subiantoro, dr." . Suatu kebanggaan tersendiri, dan tentu saja ada rasa puas setelah perjuangan yang melelahkan.

Aku merasa beruntung karena diluluskan oleh salah satu pusat pendidikan kedokteran terbaik di Indonesia yaitu Universitas Airlangga. Kami dididik sebagai dokter yang tangguh dengan idealisme khas Airlangga, Skill yang mumpuni dan pengalaman mengerjakan kasus-kasus sulit. Di Surabaya pula aku mendapatkan ilmu yang luar biasa dari para senior, dan di sini pulalah aku diberi kesempatan untuk melatih diri dan skill sebagai seorang dokter. Smuanya begitu membuat aku sangat merindukan kampus hijau tercinta ini, dan tentu saja RSU Dr. Soetomo sebagai tempat pendidikan klinik kami. Ssecara khusus aku menyebut Rumah Sakit ini sebagai "University Of Life" karena banyak pengalaman hidup yang berharga di tempat ini. Banyak cerita senang, sedih, haru, air mata dan tawa bahagia bercampur menjadi satu. Aku sangat merindukan semua itu, dan saya ingin kembali ke sana.

Proses demi proses telah kami lalui, mulai dari pendidikan kedokteran, UKDI, Pelantikan dokter hingga akhirnya sampai juga kita pada jenjang Internship. Internship adalah satu program baru dari Depkes dan Dikti yang baru berjalan 2 tahun. Kami sendiri termasuk tahun ke-2 penyelenggaraan program ini. Program ini secara sederhana akan menempatkan dokter-dokter lulusan baru di daerah-daerah kabupaten untuk diperbantukan sekaligus dibimbing untuk kelak bisa menjadi dokter yang mandiri. Ini adalah program yang menyertai kurikulum baru Pendidikan Dokter di Indonesia dan baru beberapa Fakultas Kedokteran saja yang ditunjuk, termasuk FK UNAIR. Mengenai segala kontroversi dan pendapat-pendapat yang beredar, Aku tidak akan bahas di sini, Pusing. Hehehehe.

Setiap daerah mendapat jatah 14-15 Dokter Internship. Lulusan FK jawa Timur ditempatkan di Jawa Timur, kebetulan pada angkatan kami setahuku hanya Unair dan Unej yang sudah melaksanakan Program ini, sementara UNBRAW baru tahun depan 2013. Kami mendapat uang saku dari Dinkes setiap bulan sebesar 1,2 juta yang turun tiap 3 bulan sekali. Mau tidak mau kami harus menerima, meskipun banyak pula ide-ide pikiran yang mencoba membantah ini.

Aku sendiri ditempatkan di Ngawi, hasil dari undian dan lobi-lobi di Dinkes. Bersama 14 teman lainnya, saya mulai menjalani Internship di kabupaten Ngawi ini dengan harapan dapat membawa bekal yang berharga sepulang kami dari Internship. Pembagian dokter terdiri dari 5 orang ditempatkan di Poliklinik RSUD Dr. Soeroto Ngawi, 5 orang di IGD dan sisanya di Puskesmas Ngrambe. Siklus berputar tiap 4 bulan. Aku sendiri mulai menjalani tugas di Poliklinik bersama Miftah, Angga, Dinda dan Dian. Sementara Sony, Hendri, Citra, Dwi dan Khoti bertugas di Puskesmas Ngrambe. Nadhir, Sylva, Dimas, Bimo dan Karina bertugas di IGD dengan pembagian 3 shift jaga tiap harinya.

Yah, suka tidak suka, Internship harus tetap kami jalani dengan ikhlas. Paling tidak kami mendapatkan pengalaman baru dan teman-teman baru. Beberapa hal yang mungkin mengganjal dalam hati, aku simpan dan akan aku diskusikan nanti.

Beberapa kejadian yang berhasil terdokumentasikan :

 
           Andri Subiantoro, dr.

Saat pelantikan Dokter, bangga dapat membahagiakan orang tua dan keluarga, tapi akua berjanji tidak akan berhenti sampai di sini. Selama tubuh ini masih mampu, maka sama seperti filosofi pendakianku, maka aku akan tetap menuntut ilmu sampai terbukti tidak mampu lagi.


Bersama sahabat-sahabat terbaik. Aku, Munsy, Nadhir, Miftah dan Angga.


Foto-foto saat di RSUD Dr. Soeroto Ngawi :

Setelah presentasi kasus yang menegangkan. Bersama dua pembimbing kami dr. Amin dan dr. Dilla.






















Kami di Ngawi mempunyai kewajiban untuk melaporkan presentasi kasus beserta portofolio secara rutin setiap minggu. Minimal dua kasus yang menarik harus kami presentasikan di hadapan dokter-dokter sejawat dan para Ko-ass serta para staff dokter di RSUD Dr. Soeroto Ngawi ini. Menurut saya, pertemuan ilmiah ini cukup penting untuk sebagai media berbagi ilmu dan sekaligus update ilmu terbaru, juga sebagai media pembelajaran bagi Teman-teman Koass dari FK UII. Kebetulan di Ngawi ini kami bekerja dengan Ko-Ass dari FK UII. Selain itu, Aku merasa ini juga bisa sebagai masukan untuk RSUD Dr. Soeroto agar dapat lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan terhadap masyarakat baik di Poli maupun UGD.

Yang lain :

Dokter laki-laki Internship Ngawi.



Teman-teman satu kontrakan di Perumahan Prandon.

Foto-foto acara HUT PPNI Kab. Ngawi :

Futsal Team Dokter bersama dr.Puji direktur RSUD dan dr. Bambang, Sp.An.

Team Futsal Prandon.

Inilah sedikit catatan tentang kegiatan Dokter Internship di Ngawi. Nanti kita akan bahas apa saja yang menjadi perhatian dan uneg-uneg kami sebagai dokter Internship.



--Terima kasih--