Senin, 18 September 2017

Lilin lilin kecil

............................
Dan kau lilin lilin kecil 
Sanggupkah kau mengganti 
Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya 
Dan kau lilin lilin kecil 
Sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat seisi dunia
......................................................

Sunyi, angin pun berhembus tidak terlalu berisik, tidak pula terlalu mengganggu malam itu, namun tiba-tiba saya harus terjaga. dingin suasana kala itu, sejuk, damai dan tiba-tiba perasaan haru mengingat kejadian masa-masa dulu. baiklah kawan, mari kita bersahabat dalam heningnya malam. Mari kita menulisnya.

Entahlah, tetiba keinginan menulis itu muncul kembali. Demikian malam semakin sunyi ketika sebuah lagu dari Chrisye yang berjudul "Lilin lilin kecil" menemani suasana. Lagu ini berhasil membuat suasana hati menjadi rindu akan sajak-sajak yang dahulu. Sambil membuka lembar ingatan kejadian beberapa waktu lalu. Sambil terpejam, sambil pula teringat akan banyak hal menyedihkan terjadi.


Entahlah, 
sedemikan rumitnya kah menata suasana hati, 
melihat sepasang suami istri bercumbu dalam rindu
sang laki lari tergopoh-gopoh menunjukkan raut ketabahan palsu
sang istri melebarkan bibirnya menyampai damai ke arjuna
berpeluk dan keluarlah air mata bahagia
seakan mereka tetap dalam surga selamanya
berpegang bersama kedua tangan mereka sambil mengayun jari-jari buah hati
matanya tajam sang suami, 
mendekap bahu bidadari 
membisikkan kalimat cinta yang indah,..
meniupakan keyakinan tak berhingga,...
Sang istri pun tersenyum,...

Kawan, ilustrasi diatas adalah kejadian yang benar-benar terjadi. Suatu ketika, dalam tugas saya sebagai residen Anestesi di Rumah Sakit, saya sekali lagi mendapat pengalaman yang tak ternilai harganya. Pengalaman luar biasa di sebuah "Universitas Kehidupan" layaknya roman haru yang biasa tertulis di novel cinta. 

Drama itu bernama "Eisenmenger"

Saat itu saya sedang menjalani putaran sebagai Residen Anestesi stase Obstetri, sehingga pekerjaan saya sehari-hari kebanyakan berkutat dengan pasien-pasien hamil bersama Residen Obgyn. Kehamilan sendiri sebenarnya merupakan sebuah hal yang luar biasa. Melakukan pemeriksaan preoperative pada pasien hamil yang direncanakan untuk operasi Sectio baik elektif maupun emergency juga merupakan pengalaman unik. Bagi Anestesi, bidang Anestesi Obstetri juga merupakan salah satu cabang ilmu yang menegangkan dan penuh dengan tantangan, karena menurut saya setiap ibu hamil itu berbeda. Setiap kehamilan dengan berbagai komorbid penyakit perlu mendapatkan penanganan yang berbeda. Setiap ibupun punya harapan yang berbeda,.. terkadang...

Malam ini, entahlah, ingin sekali saya menuliskan salah satu pengalaman ini, ...kalau mengingat masa itu,... entahlah.

Sore itu, saya dihubungi oleh sejawat residen Obgyn bahwa telah datang pasien baru dengan kehamilan dengan kelainan jantung sebagai penyakit penyertanya. Dari obgyn rencana akan dilakukan terminasi, sehingga sudah menjadi tugas saya untuk melakukan pemeriksaan pre-operative pada pasien ini. Saya pun datang ke VK Obgyn dan menjumpai pasien ini,..

Perempuan cantik, masih muda, berjilbab, terbaring tak berdaya di salah satu bed, nampak nafasnya terlihat sesak, sudah terpasang masker oksigen tapi terlihat tenang, menunjukkan kepasrahan luar biasa, jilbabnya tak beraturan sedang diperbaiki oleh laki-laki disampingnya. Tangan mereka saling berpegangan dan semakin erat ketika keluhan dirasakan oleh sang istri, sang calon ibu,....pada saat itu. Lalu saya datang memecah suasana.

Sebenernya saya sedikit tercengang, sempat terpaku, terdiam beberapa saat, sempat sedih juga, namun pemeriksaan harus segera dilakukan dan terlapor ke supervisor kami saat itu. Dari data yang ada, ini merupakan kehamilan pasien yang kedua, dan anak pertama usia 6 tahun dilahirkan dengan operasi sectio tanpa ada masalah. Lalu sejak kapan pasien ini menderita sakit jantung pikirku, langsung saja saya lakukan anamnesa terhadap pasien dan keluarga.

Yah, setelah melakukan pemeriksaan, saya berdoa dalam hati memohon kesembuhan pasien ini, memohon pula keajaiban pada Yang Maha Kuasa, saya menghela nafas sejenak, saya mau marah namun tak berhak, tidak pula pantas,..

Kawan, rasanya sedih menceritakan ini, singkat cerita, pasien ini terdiagnosa sebagai kehamilan kedua usia 27/28 minggu dengan janin yang masih hidup disertai penykit jantung ASD Secundum bidirectional Shunt Dominan R to L Shunt + Pulmonary Hypertension Berat + Deomp Cordis Functional Clasas II-III. Dan secara hitung-hitungan medis, keaadaan ini sama sekali tidak menguntungkan bagi pasien, karena jelas kehamilannya akan memperberat kondisinya sendiri, dan penyakit jantungnya sudah jelas juga tidak akan berdampak baik bagi janinnya bila kehamilan dipertahankan. Sedemikan berat kondisi pasien saat ini, hingga rasanya tidak ada pilihan lain, selain menghentikan kehamilannya. 

Masih ditemani merdunya malam dengan lirik lagu lilin lilin kecil  yang damai. Saya mencoba larut dan memahami keadaan kedua pasangan yang nampak tidak mau disalahkan akan takdir Allah ini. Masih jelas tersirat ketabahan luar biasa dari masing-masing, suaminya tidak menunjukkan sedikitpun raut kesedihan dihadapan istrinya, begitu pula sang istri yang meskipun terlihat lelah senantiasa meyakinkan suami bahwa semuanya baik-baik saja. Sambil saling berdoa, sambil berpegang tangan dan mencium dahi,... romantis,.. sedih.

Kondisi yang disebut Eisenmenger Syndrome ini bukan perkara mudah kawan. Merawat pasien seperti ini komplek, multidisiplin dan persiapannya haruslah matang bila memang direncanakan operasi. Dan yang mengharukan adalah, tidak banyak atau kalau boleh dibilang sedikit pasien yang dapat bertahan hidup dengan kondisi ini alias tingkat mortalitasnya sangat tinggi. Keadaan dan fakta ini haruslah diketahui keluarga terutama suaminya. Saya pun  bertemu dengan suaminya untuk menjelaskan kondisi sang istri sekaligus juga untuk mendapatkan informed consent Anestesi, dan sedikit ingin mengetahui bagaimana ceritanya.

Saya selalu penasaran dengan pasien-pasien seperti ini, apakah sebelumnya tidak pernah ada gejala?, apakah tiak ada tanda-tanda,? apakah selama hamil tidak pernah diperiksa ke dokter sehingga sampai pada kondisi yang sangat membahayakan ini?. Entahlah,.. Nyatanya masyarakat kita masih belum terlalu paham dengan kondisi kehamilan resiko tinggi, tidak hanya dengan penyakit jantung, namun keadaan lain pun juga sama.

Sayapun menemui sang suami. Mulailah kami menyendiri di salah satu sudut ruangan, membicarakan semua hal. Dengan perlahan saya jelaskan semua kondisi sang istri, mulai dari apa yang akan tim dokter kerjakan, dan segala kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk kemungkinan terburuk. Nah, nampak sang suami tidak dapat lagi menutupi raut wajah sedihnya di hadapan saya. Mulai dia menitikkan air mata, sedikit demi sedikit dan jatuhlah membasahi pipinya. Sembab matanya menandakan ketegaran hatinya. 

Kawan, sedih sekali rasanya, dalam hati saya berpikir jahat. Seakan saya menggadaikan keimanan saya atas Kuasa Allah SWT, seakan saya tidak yakin dengan Kuasa Allah,. bagaimana tidak, mendapati kedua pasangan ini, sedih sekali mengetahui bahwa esok adalah hari besar bagi keduanya. Rasanya berat sekali, ketika hati seakan harus mengatakan, "Bapak, besok ibu akan meninggal,.!!" tak sanggup bibir ini menyampaikannya dan tidak mungkin pula. Saya menguatkan bapak, dan keluarga, saya minta pasrahkan semuanya ke Gusti Allah, peluang kesembuhan tetaplah ada. dan yang memberi kehidupan dan kematian hanyalah Allah SWT, tidak manusia apalagi dokter. Kami akan berusaha sebaik mungkin besok.

Kawan, ini bukanlah dilema, dilanjutkan kehamilannya, jelas akan memperburuk keadaannya, di terminasi dengan sectio caesaria juga beresiko tinggi, namun pilihan harus diambil, dan keputusan untuk operasi adalah pilihan sulit yang harus dilakukan, setidaknya masih ada peluang keberhasilan, tentu atas ijin Allah SWT. 

Setelah jelas mendapat penjelasan, dan tangis haru menderu telah pula terjadi sesama keluarga, giliran sang suami bercerita tentang keadaan istri yang sangat dia cintai selama ini. Saya pun berusaha menjadi pendengar yang baik. 

Sang istri pertama kali merasakan ada keluhan sekitar 3 tahun yang lalu, keluhan sesak dan berdebar jika melakukan kegiatan agak berat sedikit, kemudian periksalah mereka ke dokter dan sang istri didiagnosa terdapat penyakit jantung bawaan jantung bocor. Sang istri bukannya tidak kontrol kawan, selama 3 tahun ini sang istri rutin datang ke Poli jantung untuk mengambil obat dan tidak pernah lepas minum obat. Pada saat melahirkan anak yang pertama 6 tahun lalu, juga tidak didapatkan tanda-tanda ada masalah di jantungnya, atau tidak diperiksa secara teliti bisa juga, namun operasi dan pembiusan "untungnya" berjalan dengan lancar dan anak pertamanya kini sudah besar dan lincah, yang harusnya mau punya adik. Yang mungkin dia sulit memahami bahwa sebentar lagi ibunya akan pergi meninggalkan dia selama-lamanya. Astaghfirullah...

"Bapak tidak dikasih tahu kalau ibu tidak boleh hamil? " tanya saya pada sang suami.

Lalu sang suami pun menjelaskan panjang lebar alasan kehamilan istri kali ini. Sang suami sangat paham dan tahu kalau istrinya tidak boleh hamil lagi, namun watak sang istri yang keras. Dari beliaulah keinginan punyak anak lagi ini muncul dan sang istri cukup bersih keras akan hal ini. "aku ingin punya anak lagi mas,!!" kira-kira demikian sang suami menirukan keinginan sang istri waktu itu.

Dan ketika takdir Allah terjadi, sang istri hamil lagi, mereka pun rutin memeriksakan kondisi ke poli jantung dan poli hamil. Dari sang suami, saya jadi tahu bahwa sejak kehamilan istri masih muda, hampir semua dokter menyarankan untuk segera mengakhiri kehamilan istrinya, datang ke dokter lain sarannya pun tidak jauh berbeda dan itu berlangsung hingga bulan ke-4 kehamilan. Sang suami terus membujuk istrinya agar bersedia mengakhiri kehamilan namun istrinya menolak semua itu. Dan karena kekesalannya sang istri pun mogok kontrol ke dokter. Hingga sampailah hari dimana kondisinya semakin parah dan akhirnya menjadi pasien saya saat itu.

Semakin larut, semakin pula hanyut dalam emosi, semakin pula resah hati mengingat kala itu. Lilin-lilin kecil nya Chrisye masih senantiasa setia menemani malamku. Lagu ini luar biasa. 

"Baiklah kalau demikian", kata saya pada sang suami. Saya pastikan sang suami memahami betul situasi saat itu, saya juga pastikan keluarga lainnya memahami kondisi yang sedang terjadi. tidak ada pilihan lain, tidak dilahirkan, kondisi sang istri jelas akan semakin memburuk. Di terminasi pun tidak menjamin semuanya akan baik. Pengalaman kami selama ini, hampir tidak ada pasien yang survive sekalipun operasi berjalan dengan lancar, pasien tetap mengalami masa-masa kritis setelah operasi. Rekor yang pernah terjadi, kami berhasil mempertahankan pasien hamil dengan Eisenmenger Syndrome selama 2 minggu post Op, berhasil pindah ke ruang intermediete dari ICU, namun pada akhirnya di ruangan pun kondisi memburuk hingga akhirnya meninggal juga.

Bukan pesimis sebenarnya, namun kondisinya sudah amat sangat berat. Sang istri meskipun jelas nampak lelah dengan kondisinya yang sesak, terus berusaha meyakinkan sekelilingnya bahwa dia baik-baik saja. Saya tidak tahu apakah sang istri merasa bahwa ajalnya sudah dekat? atau entahlah bagaimana menyebutnya. Sekali lagi bukan pesimis kawan, serius bukan pesimis,...

Sang suami jatuh, lunglai, letih lesu dan jelas tak berdaya setelah mendengar penjelasan dari saya. Istri yang dicintainya, tak terasa sebentar lagi akan meninggalkannya dari kehidupan ini. Sedih sekali. Saya berusaha menguatkan sang suami. Saya ingin sang suami tetap nampak tegar dihadapan sang istri, paling tidak sampai besok pagi menjelang istrinya akan dioperasi. Sang suami pun meng-iyakan anjuran saya, dan segera setelah itu sang suami nampak "biasa" saja dihadapan sang istri.

Bayangkan bila kawan-kawan berada dalam situasi sang suami,.???'. Sedih bukan... Rasanya itu seperti tidak dapat diungkapkan. Saat ini, sang sitri masih bisa tersenyum, sadar baik dan dapat berkomunikasi, esok pagi,..dia akan meninggalkan kita selama-lamanya,... coba bayangkan rasanya,..??'

Kawan, malam itu saya tidak bisa tidur karena harus memikirkan bagaimana caranya membius pasien ini. Saya senantiasa berkonsultasi dengan supervisor, dan senior residen mengenai perioperative pada pasien ini. Apa saja yang harus disiapkan, apa saja yang harus dikerjakan besok dan bagaimana tatalaksana postperative-nya. Saya habiskan malam itu untuk belajar dan membaca segala literatur tentang pasien seperti ini. Saya menjumpai pasiennya sekali lagi dan menyampaikan persiapan puasanya. Sang istri tersenyum dan berucap "terimakasih dokter". Luar biasa, 

Dalam hati saya bertanya "apakah pasien ini tahu, kalau besok mungkin saja adalah hari terakhirnya di dunia ini!!' Ah, tapi apalah perasaan saya ini. Tidak etis, tidak elok dan tidaklah pantas. Masih ada Allah, masih ada Allah pikir saya dalam hati berusaha mengacaukan lamunan ini. 

Saya berpamitan, lalu pulang. 

............
Berkerut kerut tiada berseri 
Tersendat sendat merayap dalam kegelapan 
Hitam kini hitam nanti
Gelap kini akankah berganti...
....

Masih diringi dengan lantunan Lilin Lilin Kecil nya Chrisye, segera ingin saya selesaikan cerita ini. Malam semakin larut, mata ini pun semakin tertutup kabut. Ngantuk. 

Singkat cerita, pagi itu sesuai rencana, sang istri akan menjalani operasi caesar. Semua persiapan rasanya sudah matang, Semua anggota tim juga sudah dipersiapkan. Maternal Save, demikian tujuan dari operasi beresiko tinggi ini. Point of no return. Tidak ada jalan untuk kembali, semua harus dijalani. Saya berdoa semoga operasi berjalan dengan lancar. Amin

Haru menderu-deru
selingan desahan angin mengusik kalbu yang biru
kesedihan membuatnya indah serupa siluet senja di pesisir harapan
jari jemari berparodi menari
hati gundah meratap kesedihan
kesedihan akan kematian
keragu-raguan
Takdir Illahi pasti akan terjadi,..
Doa dan rayuan hamba senantiasa menyertai
kuatkan kami
.....................

Operasi berjalan lancar dengan segala kesulitannya, bayi lahir dengan kondisi lemah, kami bawa ke NICU namun beberpa saat kemudian kami dikabarkan bayinya meninggal, sesuai perkiraan. Pilihan pembiusan pada pasien ini adalah bius total, setelah operasi selesai, kami anggap pasien masih dalam keadan kritis, sehingga selepas operasi pasien kami rawat di ICU. di ICU kondisinya bukannya lebih baik, justru saat pasien mulai sadar dari pengaruh pembiusan, pasien gelisah. 

Semua alarm monitor berbunyi menandakan kondisi pasien sedang tidak stabil. Selepas operasi, saya dibantu dengan senior residen di ICU tidak pernah sedikitpun beranjak dari pasien ini. Segala daya upaya sudah kami kerjakan untuk mempertahankan pasien ini. Tekaan darahnya mulai menurun, Nadinya naik hingga melebihi batas normal, dan nafas pasien nampak tidak sinkron dengan ventilator. 

Kondisi pasien terus memburuk. Saya duga pasien ini mengalami PH Crisis (Pulmonary Hypertension Crisis). Kondisi yang sangat mengerikan pada pasien Eisenmenger Syndrome. Segala daya terus kami usahakan, konsultasi dengan supervisor tak henti-hentinya kami lakukan. Selama kondisi kritis ini, pasien sempat mengalami henti jantung hingga 2 kali, kami lakukan pijat jantung dan jantung pasien kembali berdenyut. Kami putuskan untuk memanggil keluarga dan kami jelaskan kondisi pasien sejelas-jelasnya. Harapan pasien dapat bertahan hidup sangatlah kecil terlebih pasca henti jantung 2 kali. Kami sampaikan apa adanya, tidak ada yang kami tutupi. Saya persilahkan keluarga berdoa, terlebih suaminya. 

Demikianlah drama ini berakhir kawan. Suami memutuskan untuk ikhlas dan menandatangani form DnR (Do Not Resusitate) yang artinya bila pasien jatuh dalam kondisi henti jantung sekali lagi, kami tidak akan melakukan bantuan hidup. 

Sang suami memegang tangan istrinya, sayu-sayu saya mendengarnya sebagai "aku mencintaimu!!' kata suami kepada istrinya. Kehidupan telah berakhir kawan. 5 jam post operasi, pasien meninggal dunia. Sebuah hal yang dikatakan  "wajar" pada kondisi kelainan jantung seperti ini. Namun tentu tidak wajar bagi suami, dan keluarga pasien. Sang suami menutup wajah istrinya sambil mengatupkan bibir yang tepinya telah basah oleh air mata. Dia tidak mau menangis, tapi tetap hatinya menangis... Sang suami menutup kain selimut ke wajah istrinya. 

Saya yang menyaksikan pemandangan ini jadi larut pula dalam suasana. Malam ini telah selesai, ditutup dengan bait terakhir lagu chrisye Lilin lilin kecil. Lagu yang menginpirasi saya untuk menuliskan kisah ini. 

Sebagai akhir dari coretan ini, ijinkan saya mengutip kalimat bijak dari seorang arif.

Terlihat agak lucu
bagaimana pada saat ada kematian
orang-orang menangis dan sedih
sedangkan pada saat ada kelahiran
orang-orang gembira dan senang
itu hanyalah khalayan
Saya rasa jika anda benar-benar 
ingin menangis
lebih baik melakukannya pada saat
seseorang dilahirkan
Menagislah pada awalnya, karena
bila tiak ada kelahiran, maka
tidak akan ada kematian

--Ajahn Chah--