Nampaknya
…. malam ini begitu sendu
Aku
melihat sekawanan anjing berbulu tipis
Sebagian
berwarna putih yang lain hitam
Menunduk
berjalan mendengus menyapu kerikil
Mencari
entah sesuatu,…..
Aku
juga melihat bayangan diriku di pintu kaca
Menerobos
pandang jauh ke masa lampau
Cahaya
sore membiaskannya samar bak pelangi
Senja
sebentar lagi….
Sore ini adalah waktu
dimana aku mulai mengingat kembali masa-masa setahun yang lalu. Salah satu masa
paling mendebarkan dalam hidupku. Memulai sebuah kehidupan baru bersama
seseorang yang lain. Seorang perempuan cantik yang kini telah menjadi istri.
Tak hanya itu, tahun ini kami juga dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu,
membuat kebahagiaan ini semakin lengkap.
Aku sejenak kembali
untuk menjelajah ruang waktu selama setahun ini. Sebuah pernikahan, kemudian
dilanjutkan dengan kehamilan istri. Harus berpisah sejenak dengan istri karena
bertugas di Kalimantan, Mengingat lagi masa-masa mendebarkan saat menunggu
persalinan si kecil. Sebuah cerita indah di sepanjang tahun 2013.
Sebuah cerita kehidupan
selalu memiliki arti. Aku pun demikian. Menikmati setiap jengkal kehidupan
bagiku adalah sebuah amanah. Apakah kita akan bersyukur dalam menjalaninya,
ataukah kita menghabiskan sisa kehidupan ini hanya dengan mengeluh. Mungkin
suatu saat kita akan dihadapakan pada kenyataan pahit dalam hidup ini, namun
tidak jarang pula kita mendapatkan kesenangan. Semuanya tidak lepas dari kuasa
Tuhan.
Aku memutuskan untuk
mendaki Gede Pangrango akhir tahun ini. Untuk memaknai semua yang terjadi
selama setahun ini. Aku ingin menutupnya dengan sebuah perjalanan hati.
Merenungi jalan-jalan setapak dan mengembalikan jiwa ini kepada kerinduan yang dalam
akan ciptaan-Nya. Aku memang mencintai gunung-gunung. Bagiku, gunung dan segala
keistimewaannya selalu dapat membuatku tenang dan berpikir. Selalu dapat
membuatku untuk senantiasa bersyukur atas apa yang ku alami saat menjalani
kehidupan.
Aku mencoba
merangkumnya dalam sebuah refleksi akhir tahun yang indah. Dalam sebuah prosa
dan sajak kebahagiaan akhir tahun. Sambil menikmati segelas kopi, aku mulai
mencurahkan goresan kata. Mencarikan tema yang tepat untuk menggambarkan
kebahagiaan ini. Sambil merenung mengingat apa yang disampaikan istriku
menjelang pendakian. Aku tertawa dan sekaligus senang, terharu sekaligus sedih,
dan semakin mencintai apa saja tentang dirinya. Aku telah berjanji akan pulang.
Aku mendaki untuk istriku tersayang kali ini, dan juga untuk mensyukuri
kelahiran anak pertamaku “Muhammad Ibnu Sina Al Ghafiqi”. Menyingkirkan sejenak
kejenuhan untuk menikmati akhir tahun ini di lembah kasih Mandalawangi.
Istriku berkata :
“ Mendakilah apa saja
yang kamu mimpi sayangku,…”
Aku tidak mau melihat
suamiku pulang dalam keadaan tertunduk wajah, karena penyesalan dan semangat
yang tidak tercapai,…
Melihatnya bahagia
bersama gunung-gunung lebih menenangkan jiwa meskipun khawatir….
Melihat cintanya pada
alam membuatku bangga…
Melihatnya bertafakur
akan ciptaan-Nya kadang membuatku iri,…
Melihatnya berjanji
akan sesuatu, sekali lagi membuatku luluh….
Biarlah kamu nikmati
akhir tahun ini sesuai janjimu sayangku,…
Berjanjilah untuk
pulang dengan selamat dan bawalah sejuta kebahagiaanmu di sana ke rumah kita,…
Bersama anak kita yang
lucu dan gembul…
Mungkin dia bisa
mencontoh abinya kelak, kontemplasi jiwa dalam ciptaan-Nya yang agung,..”
Sebuah kata-kata cinta
yang memantabkanku mengunjungi Gede Pangrango akhir tahun ini, Sehingga aku
mendedikasikan pendakian ini untuk istriku tercinta, dan anak laki-lakiku yang
lucu. Kebahagiaan terindah untuk menutup tahun 2013 ini.
“Kasih
sayang dan kekerasan selalu berperang di hati manusia seperti malapetaka yang
berperang di malam yang pekat ini. Tetapi kasih sayang selalu dapat mengalahkan
kekerasan. Karena ia adalah anugerah Tuhan, dan ketakutan-ketakuan malam ini…
akan berlalu dengan datangnya siang. “
(Kahlil
Gibran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar