Senin, 11 Maret 2013

,...Cerita Pagi : Tentang Kerinduan Itu,..

Nah, seperti biasanya angin pagi selalu membuatku kedinginan, tapi suasana harum tanah-tanah yang tersiram air hujan berbau harum khas, mendamaikan sekaligus membuat rindu. Aku mengintip jendela kamar, menatap semuanya sedikit demi sedikit lalu memutuskan untuk keluar sejenak dari hangatnya selimut. Pagi ini aku ingin kembali menulis,...

Pagi ini sedari kemarin aku telah berada agak jauh dari kota Surabaya, mengabdikan ilmu di sebuah klinik baru di daerah perbatasan Sidoarjo dan Pasuruan, atau lebih tepatnya sudah memasuki wilayah Pasuruan. Kamis pagi ini aku telah berkemas menuju klinik dengan mengendarai "Supri", melewati keramaian kota pahlawan ini, meliuk-liuk melewati motor dan mobil yang sama-sama menuju entah kemana. Sambil melafalkan kembali hafalan surahQ,...muroja'ah. Daripada mendengarkan musik, aku lebih suka mengulang hafalan Surahku,..kebetulan sejak menikah kemarin aku memantabkan hati untuk mulai kembali menghafal Al-Qur'an. Dimulai dengan mengulang kembali surah2 awal di Juz 30, saat ini sampai di Surah Abasa.

Mendekati Bundaran Waru, kebimbangan mulai meliputi pikiranku. Tiba-tiba saja aku sangat ingin naik bus untuk menuju ke Klinik. Padahal sebelumnya, aku sudah meniatkan diri untuk naik motor saja. Ya sudahlah, singkat cerita, aku berbelok ke Terminal Bungurasih untuk menitipkan "Supri" dan mencari Bus Jurusan Malang, dan bus "Restu" menjadi pilihanku. Bukan karena bus ini memang kebetulan bagus, tapi memang bus ini yang terjadwal paling depan akan berangkat. Tapi bus yang aku tumpangi ini memang bagus.

Dalam bus yang jumlah penumpangnya tidak lebih dari 20 orang ini, aku mengambil duduk di bangku paling belakang sambil menikmati jalanan lengang, melewati jalan tol yang membelah sawah hijau yang sejuk. Kontras dengan pemandangan lumpur Lapindo yang sampai saat ini masih berkubang pada polemik yang tak kunjung habis. Aku menikmati perjalananku kali ini. Menikmati betul birunya awan yang terlihat sebagian dari jendela bus "Restu". Sampai pada suatu ketika, tiba-tiba senyumku merekah dan dalam hati ini muncul kerinduan yang dalam akan sesuatu. Pemandangan yang nampak di luar sana begitu membawaku jauh masuk ke dalam masa lalu yang membiru. Aku mulai tenggelam dalam lamunan kala itu.

Aku lihat diantara awan-awan yang menutupi puncaknya, ada Gunung Penanggungan, nampak sedikit lereng Gunung Arjuna, dan pemandangan hamparan sawah hijau yang luar biasa. Aku sangat merindukannya teman.  Aku sangat merindukan suasana hawa dingin tersebut, aku rindu bagaimana memikul carrier yang berat dan sesekali berjalan merangkak melewati ranting pohon menghindari dahan-dahan. Bercengkerama dengan rerumputan sambil menikmati embun pagi yang membasahi kaki-kaki. Duduk di samping tebing dan merenungkan semuanya, bergandengan tangan saling membantu, dan menatap surya yang muncul indah sekali saat pagi hari.

Aku tersenyum pada pemandangan indah yang nampak dari jendela bus pagi itu. Aku masih sangat menginginkan dapat mengulangi pendakian kala itu. Masih sangat ingin merasakan kembali rasa "deg-deg" an saat memulai pendakian, dan masih sangat ingin tersenyum kembali saat melewati bukit-bukit indah. Aku bertanya dalam hati tentang cita-cita, aku bergumam tentang masa lalu, lalu aku sadar bahwa kini semua telah berbeda. Aku telah menikah dengan istri yang cantik, sholihah dan kini dia tengah mengandung buah hati kami. Aku bukanlah diriku dulu yang bisa kemana-mana tanpa ada tanggung jawab di rumah, semuanya telah berbeda saat ini. Lamunanku ini hanya bisa mengantarkan kerinduanku ini pada senyuman tipis pada Arjuna saat itu. Tetapi dalam hati aku masih menginginkannya....

Begitulah teman, rasa yang tiba-tiba muncul saat perjalananku pagi ini menuju sebuah Klinik baru di daerah Pasuruan. Rasa yang tiba-tiba muncul dan memunculkan kembali kerinduan ini. Dan aku yakin rasa ini pasti juga dirasakan oleh semua pendaki gunung yang sudah lama tidak menjejakkan kakinya di gunung-gunung. Rasa yang entah kelak masih bisa terbayar atau tidak, atau hanya menjadi angan dan tetap tersimpan dalam masa lalu yang mengajarkan banyak hal. Sebuah kebijaksanaan dan pengalaman hidup.

Tulisan ini dibuat dalam perjalanan menuju "Klinik Sehat Sejahtera" Pasuruan karena kerinduan yang sangat mendalam dari penulis akan kehidupan alam bebas yang sempat menjadi bagian hidupnya saat kuliah dulu. Dalam perjalanan, penulis menyaksikan pemandangan indah Gunung Penanggungan dan Arjuna yang dulu pernah dikunjungi oleh penulis, sehingga kembali mengingatkan penulis akan aktivitas alam bebas-nya dahulu.

..........................
Selalu ketika semuanya sudah nampak biru dan sendu
setelah itu juga, 
air mata nampak selalu mengalir dalam kenangan
aku tentu saja tidak ingin menjadi biru dalam sendu
aku masih berkawan dengan kicauan burung-burung merdu
masih ingin menatap matahari yang bersinar penuh mimpi
masih mengingat jelas kaki-kaki lusuh ini
menjejakkan kaki di tanah liat kadang berbatu
kadang pula berpasir,..
terkadang hujan menemani perjalanan hati
tak jarang pula terik menghempas peluh keringat kami
tapi persahabatan kami tak akan putus hanya karena rasa lelah
semuanya berarti dalam genggaman tangan seorang pendaki sejati,..
tak akan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki,..
juga tak akan mengambil apapun kecuali gambar-gambar,..
dan tak akan membunuh apapun kecuali waktu,...



--Bie--
Pasuruan, 7 Maret 2013












Tidak ada komentar:

Posting Komentar