Rabu, 12 Desember 2012

Gunung : Sebuah Pengorbanan, Perjuangan dan Kenangan,..

,.................................................
Ijinkan kami menatapnya sekali lagi,...
biarkan jiwa ini melayang bersamanya,..
aku relakan pandanganku jauh ke alam lepas sore itu,..
menelusup dalam kubangan rasa penasaran di kalbu tiap pendaki mimpi,..
lalu aku berbalik ke setiap awan yang mendekatiku,..
rasa damai ini tetap saja menyelimuti ketakuanku
tiba-tiba air mata ini jatuh mengiringi sendu menjelang malam
tangan kami bergandengan meratapi batu-batu
mengibarkan bendera merah putih kebanggaan
melantunkan lagu-lagu
dan meresapi setiap rasa di dalamnya,..
...................................


Ranu Kumbolo















Ketika aku memutuskan untuk mendaki sebuah gunung, perasaan itu masih saja selalu ada di benakku. Aku selalu terngiang kembali saat-saat pertama kali aku memutuskan untuk mendaki gunung. Pemuda tanggung dan kurus yang sangat ingin merasakan hawa dingin gunung-gunung. Berbagai pertanyaan selalu menghiasai setiap pikiranku saat itu. 

Dapatkah aku bertahan di cuaca yang kemungkinan bisa menjadi eksrem setiap saat,..??
Dapatkah aku menggapai puncak tertingginya,..??
Bisakah aku bertahan hidup jika aku tersesat di hutan,..??
Apakah aku diijinkan oleh orang tua,..??
Apakah sia-sia aku menyisihkan waktu untuk mendaki gunung,..??
dan masih banyak yang lainnya,....

Berbagai pengalaman selama pendakian rupanya mengajarkan banyak hal yang aku tidak tahu sebelumnya. Cita-cita untuk mengabdikan diri di pedalaman-pedalaman Nusantara sebagai dokter rupanya sangat memotivasi diri ini untuk kembali dan kembali melakukan pendakian hingga akhirnya Gunung benar-benar mengajarkan banyak hal pada diriku. 

Dari mulai cerita yang menyedihkan...hingga yang menyenangkan, aku pernah mengalaminya. Gunung benar-benar melatih mental dalam menjalani kehidupan. Dan anehnya,...walaupun sudah berkali-kali mendaki gunung,..perasaan takut dan kegelisahan seperti yang aku rasakan waktu pertama kali mendaki gunung masih saja aku rasakan. 

Aku pernah berselisih dengan teman satu rombongan ketika memutuskan jalan mana yang harus kita ambil saat kami tersesat di Argopuro. Begitulah ketika emosi memainkan peranan penting dalam sebuah pendakian. Di Gunung, kamu akan jadi dirimu sendiri dan ketika egomu mengalahkan logikamu karena ketakukanmu yang sangat,...maka emosimu sudah jelas tidak akan terkendali. Dan sudah bisa ku pastikan,..kondisi ini sangat merusak suasana kelompok dan sangat membahayakan...aku pernah merasakannya teman,...

Aku pernah beberapa kali tersesat saat melakukan pendakian,...aku pernah terjebak badai di musim hujan,..aku pernah sangat menggigil kedinginan ketika terjebak badai di Arjuno. Aku pernah merasakan bagaimana frostnip menyerang kedua tanganku dengan rasa sakit yang luar biasa saat terjebak badai di punggungan Mahameru,...Aku pernah cedera saat memaksakan turun dari Arjuno sehingga selama turun harus dipapah salah seorang teman,..di sini aku merasakan betapa di Gunung persahabatan itu sungguh begitu terasa. Dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan saat mendaki gunung, tapi semua itu telah memberikan pelajaran berharga pada ku,...

Ada pengalaman buruk tentu ada pengalaman baik yang tidak akan terlupakan. Aku masih ingat ketika bibirku tersenyum lebar ketika perjalanan kami yang penuh perjuangan di Argopuro saat musim hujan tahun 2009 sampai pada sebuah danau alam yang sangat sangat indah. Taman Hidup,....dengan dermaganya yang entah saat ini masih ada atau tidak, Taman Hidup dengan cerita mistis yang menyertainya tetap membuatku tersenyum lebar saat itu,...sangat indah teman,...

Taman Hidup

Aku masih ingat ketika badai hampir meruntuhkan niatku untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak ogal-agil di Gunung Arjuno tahun 2010, sampai aku melihat matahari muncul di balik puncaknya yang indah keesokan harinya, sehingga aku memutuskan untuk menggapai puncaknya saat itu. Dan puncak inilah yang berhasil membuatku menangis mengingat perjuangan sehari sebelumnya bertahan dari badai. Kami bergandengan tangan menuju puncak tertingginya, kemudian melingkar,..dan menyanyikan salah satu lagu kesukaan kami,.."syukur",...aku masih ingat bagaimana rasanya mengangkat bendera merah putih di puncak Arjuno saat itu,...aku tidak tahu tapi aku terharu teman,...

Puncak Ajuno
Dan yang paling mengesankan adalah ketika tahun ini pada bulan Juli, akhirnya aku berhasil menepati janjiku pada Mahameru, puncak tertinggi Pulau Jawa, setelah mendaki punggungan Mahameru dari Arcopodo selama 7,5 jam. Di sini kami merasakan betul arti sebuah perjuangan dan arti sebuah pengorbanan, kami harus saling memotivasi satu sama lain,...kami menunggu teman,...kami berikrar untuk menggapai puncak bersama,...sampai akhirnya ikrar itu harus kami korbankan karena kami terpaksa meninggalkan salah satu teman untuk segera menggapai Mahameru saat itu,...Sedih tapi kami dedikasikan puncak tertinggi ini untuk sahabat gunung kami yang gagal waktu itu,...

Mahameru

Aku bercerita tentang kenanganku pada setiap lembaran kertas putih sejarah masa lalu. Menulisnya tiap kata dan menyusunnya menjadi sebuah rangkaian prosa. Sebuah prosa kehidupan yang dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Begitu indah. Sedangkan masa lalu selalu menjadi batu pijakan untuk masa depan. Setiap keringat dan perjuangan tidak pernah tidak bermakna. Tuhan telah melukiskannya dengan indah pada suratan takdir tiap Hamba-Nya. 





--Bie--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar