Minggu, 25 September 2011

Tour De Museum Part II : Museum Kesehatan Nasional Dr. Adhyatma MPH Surabaya




,.....Melanjutkan postingan sebelumnya, tentang tema kita "Tour De Museum", kali ini saya akan menceritakan perjalanan kami berikutnya yang mengambil tempat di Museum Kesehatan Nasional Dr. Adhyatma MPH Surabaya. Sebagai calon dokter, rasanya tidak berlebihan jika kita perlu mengetahui sejarah kesehatan masa lampau di negeri kita tercinta ini. Hal ini pulalah yang menjadi alasan kami untuk mengunjungi museum ini. Berbicara tentang museum, pasti yang terbersit dalam benak kita adalah sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan. Bagi sebagian orang mungkin pendapat itu benar kawan, tetapi mulai mencintai sejarah dan segala sesuatu yang terjadi di masa lampau itu sangat berguna kawan. Menimbulkan rasa kebangsaan yang tinggi, mengambil hikmah dari setiap peristiwa masa lampau, dan menjadikannya motivasi dalam hidup.

 Ini adalah foto orang yang namanya digunakan sebagai nama Museum Kesehatan ini. Beliau menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI pada tahun 90-an.

Mari kita sedikit berbicara tentang sejarah pendirian museum ini. Awalnya museum ini dirintis oleh seorang peniliti bernama Dr. Hariyadi Soeparto, dr., DOR, Msc pada tahun 1990, waktu itu museum ini hanya untuk kalangan sendiri. Baru pada tanggal 14 September 2004 Museum ini diresmikan secara langsung oleh  bapak Achmad Sujudi (Menteri Kesehatan RI waktu itu) dengan nama Museum Kesehatan dr. Adhyatma MPH.

Museum ini terletak dalam kompleks bangunan di jl. Indrapura No.17. Dari desainnya, saya memperkirakan bahwa kompleks bangunan ini dulunya adalah sebuah Rumah Sakit, karena lorong-lorongnya khas dan cukup luas juga. Kami tiba di sana kira-kira jam 12 siang. Awalnya kami sempat bingung mengarahkan motor kami. Tempatnya sepi sekali, dan museum ini tidak terletak di depan, tapi sedikit ke arah samping dari pintu utama. 

Sampai di sana kami berdua tertawa kecil,....Ha ha ha ha ha,...seperti dugaan kami sebelumnya, tidak ada lagi pengunjung selain kami berdua. Tapi tenang saja karena kami telah memperkirakan sebelumnya. Tidak menjadi masalah karena petualangan harus tetap berlanjut. Praktis hanya ada 3 orang di sana. Mungkin pengurus tetap museum ini. Ada bapak-bapak tua berumur 50 tahun-an duduk di depan museum sedang menata foto-foto "jadul" pada suatu album. Lalu dua orang lainnya di bagian sekretariat, yang sepertinya kaget sekali dengan kedatangan kami. Dalam hati saya berpikir "Apa karena jarang sekali ya museum ini dikunjungi",...Ha ha ha ha ha,..... Biarlah, yang penting kami dapat masuk ke museum ini. Untuk memasuki museum, kami harus membayar uang registrasi dulu sebesar Rp. 2000,-. Tarifnya  sama dengan tarif di Museum Tugu Pahlawan. Cukup murah juga.

Bangunan museum ini memiliki 7 ruang koleksi utama yang disebut Sasana. Begitu memasuki museum, kita akan langsung bertemu dengan sebuah patung. Jujur saja saya sendiri tidak tahu itu patung apa. Sasana yang pertama akan kita temui adalah Sasana Adhyatma. Di sini kita akan menemui koleksi dr. Adhyatma MPH selama menjabat sebagai menteri Kesehatan RI tahun 1988-1993.
 
 Memasuki area pertama dari Museum kita akan langsung bertemu dengan sebuah patung seperti nampak pada gambar.

Ini adalah foto dokter-dokter djawa pada masa-masa penjajahan Belanda. 

Yang menarik adalah bahwa ternyata mereka bisa melanjutkan pendidikan kedokterannya setelah lulus sekolah setingkat SMP seperti sekarang. Mungkin jaman dahulu sangat sedikit sekali jumlah dokter yang asli pribumi, bahkan mungkin tidak ada sama sekali sehingga karena adanya wabah penyakit tertentu, Pemerintah Hindia-Belanda merasa perlu untuk mendidik rakyat Indonesia untuk menjadi dokter.

Pakaian dokter djawa

Ijazah Diploma Dokter jaman dulu. Gelarnya Diploma, tapi orang yang bergelar ini punya kompetensi dokter pada saat itu.

Sasana yang kedua adalah sasana kencana. Dalam ruang ini dipamerkan berbagai benda bersejarah berupa tanda jasa, lencana dari logam mulia, surat tanda penghargaan dan sebagainya yang terkait perjuangan upaya kesehatan. Diruang ini pula dipaparkan sejarah dan profil perintis museum kesehatan. 


 Surat Nikah.

 Jubah Profesor yang dihibahkan untuk museum ini. 
Guru Besar di bidang Ilmu Kedokteran. Dalam foto ini adalah Prof. Pitono, dr. Sp.A(K). Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNAIR.

Sasana berikutnya adalah Sasana Kespro. Sasana ini menyimpan serta memamerkan berbagai benda/ atau peralatan upaya kesahatan reproduksi. antara lain, Upaya kesehatan ibu dan anak dari berbagai kultur atau budaya, kesehatan kehamilan, persalinan dan keluargaberencana.

Celana Anti Perkosaan
Celana anti perkosaan model lain.

Berikutnya kita akan bertemu dengan Sasana Medik dan non Medik. Di sini terdapat berbagai peralatan medik dan non medik pendukung upaya kesehatan disimpan dan dipamerkan diruang ini. Benda-benda ini digunakan oleh institusi kesehatan pada jama dulu dan menjadi benda bersejarah yang sangat besar jasanya untuk kesehatan masyarakat kita.

Dicky dengan Motor djawa.
Motor ini digunakan oleh juru semprot malaria untuk memberantas nyamuk malaria. Metode yang digunakan adalah fogging dari desa ke desa.

Selain dengan motor, para juru semprot juga menggunakan sepeda.

Ini adalah alat fogging yang digunakan para juru semprot.

Meja Ginek Jadul.

Di sini juga terdapat "Slit Lamp" jadul.

Daur ulang alat-alat kedokteran.

Dari sasana alat medis dan non medis, kita menuju sasana flora dan fauna. Pada ruangan ini menampilkan beberapa koleksi binatang dan tumbuhan yang bisa berfungsi sebagai perantara penyakit , tetapi ada pula beberapa binatang yang berkhasiat sebagai bahan obat dan sangat menolong kita semua. 

 Ikan buntek. Dapat menyebabkab keracunan makanan.

Ada dua sasana lagi yang belum kita kunjungi. yaitu sasana kesehatan budaya dan sasana genetika. Kedua sasana ini berada di bangunan yang berbeda dari ke lima sasana sebelumnya. Ruangan budaya ini tidak terlalu jauh dari ruangan utama, kira-kira berjalan selama 2 menit. 

Sasana Kesehatan Budaya sendiri menyimpan berbagai koleksi yang sangat menarik dan menurut saya justru di sinilah daya tarik dari museum ini. Upaya kesehatan berdasarkan atas kepercayaan atau supranatural, dunia ghaib merupakan realita bdaya yang telah ada dan berkembang sejak jama dulu kala. Suatu fenomena yang menarik dan sekaligus merupaka tantangan untuk kita semua guna mengkaji dan menyibak misteri tersebut, agar supaya dapat dimanfaatkan demi kesehatan kita semua, kesejahteraan dan kemanusian. 

 
 Jelangkung dan Ninik Towok. 
Dari museum inilah saya tahu bahwa ternyata media jelangkung digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit yang tidak diketahui sebabnya. Permainan jelangkung biasanya ditujukan pada anak kecil yang menderita sakit tetapi tidak diketahui sebab penyakitnya apa. Seorang dukun akan memanggil roh lewat media jelangkung dan meminta bantuan untuk mengetahui apa penyakitnya.

Foto Rontgen Lumbosacaral yang Membuktikan bahwa Santet itu benar-benar ada. 
Dalam foto ini terlihat ada beberapa gotri dan paku di perut pasien. Pasien ini kiriman dari Rumah Sakit "X" di Jawa Timur ke RSU Dr. Soetomo, dan akhirnya meninggal. Sebelum meninggal kebetulan sempat di foto polos abdomen terlebih dahulu dan inilah hasilnya.

Selanjutnya kita akan Sasana Genetika. Dalam ruangan ini dipamerkan berbagai sarasilah dan silsilah garis keturunan yang sangat erat kaitannya dengan ilmu genetika dari suatu trah atau dinasti, antara lain sarasilah dari keluarga berbagai kerajaan di Indonesia. Sayangnya kamera saya baterainya habis dan tidak ada dokumentasi di sini.

Demikian perjalanan kami di Tour De Museum untuk mengisi waktu luang.  Mudah-mudahan dapat menambah wawasan teman-teman sekalian. Terima Kasih kepada kawan saya tercinta, Dicky Febrianto, dr.  atas perjalanannya. Semoga perjalanan kita masih akan berlanjut dan tidak berhenti sampai di sini.

Ada sebuah pepatah yang menarik, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, lalu bagaimana saya bisa menjadi bangsa Indonesia yang baik jika saya tidak tahu sejarah kehidupan bangsa ini dahulu kala. Sama seperti tema kali ini, bagaimana saya bisa menjadi dokter yang baik jika saya tidak tahu sejarah kesehatan di negara Indonesia tercinta kita ini.

Merdekaaaa,...!!!


--bie--





Tidak ada komentar:

Posting Komentar